Sejarah Lahirnya Perwari
PERWARI (Persatuan Wanita Republik Indonesia) adalah organisasi perjuangan yang lahir dari semangat persatuan perempuan untuk ikut mempertahankan Indonesia dari penjajahan dan pembentukannya di inisiasi oleh Pemerintah. Presiden Soekarno, beberapa bulan setelah proklamasi Kemerdekaan, memberikan Surat Kuasa kepada Ny Soewarni Pringgodigdo, anggota Dewan Pertimbangan Agung pada waktu itu, untuk mengumpulkan tokoh-tokoh wanita baik di ibukota Yogyakarta ataupun di kota-kota lain untuk memimpin pergerakan wanita Indonesia. Di Jakarta dikenal WANI (Wanita Indonesia), di Yogyakarta berdiri PERWANI (Persatuan Wanita Indonesia), di Jawa Barat tumbuh Laskar Wanita, di Solo ada Laskar Putri Indonesia, di Surabaya terbentuk Barisan Putri dan masih banyak lagi. Organisasi-organisasi ini bahu membahu bersama kaum laki-laki yang melakukan perjuangan fisik, mendirikan dapur-dapur umum dan rumah sakit-rumah sakit darurat yang juga berfungsi sebagai pusat pertahanan pejuang kemerdekaan.
Mengingat pentingnya menjaga semangat persatuan menghadapi penjajah yang ketika itu masih berperang melawan Indonesia, dirasakan perlu untuk menggalang seluruh kekuatan wanita Indonesia dalam suatu wadah yang bersifat nasional. Para pimpinan organisasi wanita di Yogyakarta membentuk Panitia Kongres Wanita Indonesia untuk menyelenggarakan suatu pertemuan besar pertama di alam kemerdekaan. Kongres Wanita Indonesia itu dilaksanakan pada tgl 16 Desember 1945 di Klaten, Jawa Tengah, dengan pimpinan kongres Ny Soejatin Kartowijono telah dihadiri oleh tokoh-tokoh dan utusan berbagai organisasi wanita seperti WANI, PERWANI, Muslimat, Aisyiah, Wanita Katolik, Pemuda Putri Indonesia, Wanita Taman Siswa. Meskipun dengan pengamanan yang ketat karena berada di bawah tekanan suasana perjuangan yang genting, di tengah-tengah dentuman suara meriam dan desingan peluru, pertemuan berjalan sesuai dengana rencana. Kongres berhasil mempersatukan dua organisasi besar yang berazaskan sama yaitu WANI dan PERWANI menjadi suatu organisasi baru bernama PERWARI (Persatuan Wanita Republik Indonesia) yang bersifat nasional, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dengan Ketua terpilih pertama Ny. Sri Mangunsarkoro.
Berdasarkan usulan para peserta Kongres, kelahiran PERWARI hendaknya dilaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, yang pada malam itu akan melakukan perjalanan dari Yogyakarta menuju Madiun naik kereta api. Maka para peserta Kongres kemudian mencegat presiden dan menunggu di stasiun Klaten. Presiden Soekarno beserta pejabat-pejabat tinggi Negara turun ke peron untuk mendengarkan pelaporan hasil-hasil kongres dan Presiden memberikan restu atas berdirinya PERWARI. Suasana haru meliputi peserta Kongres, sangat terasa jalinan tali persatuan antara PERWARI, Pemerintah dan Presidennya, dalam suasana perjuangan saat itu.
Lahirnya PERWARI disambut masyarakat dengan penuh kegembiraan. Gaungnya membahana, merambah propinsi, kotamadya, kabupaten, dengan ratusan cabang dan ranting di kelurahan, sampai ke tempat-tempat terpencil di segala penjuru tanah air. Anggotanya dengan cepat bertambah melimpah dengan semangat juang yang berkobar-kobar dengan semboyan perjuangan yang sangat dikenal saat itu “merdeka atau mati”.
Fungsi Perwari
- PERWARI berfungsi sebagai wadah kesatuan wanita tanpa membedakan golongan, suku, ras, agama, dan aliran kepercayaan.
- PERWARI merupakan wadah perhimpunan wanita yang memiliki kesamaan kehendak sesuai dengan kodrat dan tanggung jawabnya untuk mencapai cita-cita bangsa, mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.